MAKALAH
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
SOSIAL DAN BUDAYA
DISUSUN OLEH :
AYU FITRIANI WIDYASTUTI
11611323
2SA01
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Softskill yang berjudul
Manusia sebagai makluk social dan budaya.
Makalah ini
masih kurang sempurna sehingga kami harap kritik dan saran yang membangun untuk
dapat mnyempurnakan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun ini nantinya
dapat menambah wawasan mahasiswa maupun dosen.
Penulis
Jakarta,25
November 2012
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG
BERBUDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
sebagai makhluk budaya mempunyai berbagai ragam kebutuhan.
Kebutuhan
tersebut hanya dapat dipenuhi dengan sempurna apabila berhubungan
dengan
manusia lain dalam masyarakat. Hubungan tersebut dilandasi oleh ikatan
moral yang
mewajibkan pihak-pihak mematuhinya. Berdasarkan ikatan moral
tersebut
pihak-pihak memenuhi apa yang seharusnya dilakukan (kewajiban) dan
memperoleh
apa yang seharusnya didapati (hak) dalam keadaan seimbang.
Pemenuhan
kewajiban dan hak secara seimbang ini menyenangkan,
membahagiakan,
menenteramkan dan memuaskan pihak-pihak. Inilah sebenarnya
hakikat
tujuan hidup yang hendak dicapai oleh manusia dalam hidup
bermasyarakat,
yaitu terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani secara
seimbang.
Selama nilai moral itu ada, maka selama itu pula manusia itu hidup
bahagia dan
damai.
Dalam
hubungan hidup bermasyarakat, setiap manusia berpegang pada
kaidah moral
sebagai acuan perilakunya. Kaidah moral ini kemudian dijelmakan
ke dalam
kaidah sosial yang menjadi cermin setiap perbuatan hidup
bermasyarakat,
yang disebut hukum kebiasaan. Hukum kebiasaan ini dihargai dan
dipatuhi secara
sadar oleh setiap anggota masyarakat. Tujuan hidup
bermasyarakat
ialah terpeliharanya ketertiban, kestabilan dan kebahagiaan
berdasarkan
hukum kebiasaaan.2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan
tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian manusia sebagai
mahluk berbudaya. Membahas kasus studi tentang manusia dan berbagai budaya yang
diciptakanya dan memberikan informasu tentang budaya budaya yang berkembang di
lingkungan masyarakat .
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini seperti :
1. Apa saja Definisi dari manusia sebagai
mahluk berbudaya
2. Memahami pengaruh budaya dalam kehidupan
manusia dan bermasyarakat
3. Membahas studi kasus tentang budaya
budaya yang diciptakan serta berkembang dalam lingkungan masyarakat
1.4 Metode Penulisan
Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah mengunakan metode pustaka yaitu
penulis mengunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini .Dengan
meyebutkan berbagai sumber untuk penulisan makalah ini .
2.1 Teori Dari Berbagai Sumber
1. A.Pengertian dan Definisi Manusia
Menurut Para Ahli
Manusia
adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk
material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena
manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Berikut ini
adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:
# NICOLAUS
D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal.
Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani
dan rohani merupakan satu barang
# ABINENO J.
I
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa"
dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang
fana"
# UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh
(atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik
# SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang
tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar
# KEES
BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari
2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan
# I WAYAN
WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan
trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa
# OMAR
MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia,
manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3
dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor
keturunan dan lingkungan
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya.
Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan mahluk yang lain
manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih
makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara
kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan
berbagai kemungkinan
B. Budaya
dan Kebudayaan
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari Indonesia.buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa .
2.2 Pembahasan
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[1] Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1]
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang
dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
2.3 Manusia sebagai Makhluk Budaya
Dari
penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk mengelola bumi. Untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu
pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi
(tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes
mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain
tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi
tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat
budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena
perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat
asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh
masyarakat penerimanya.
Disinilah
peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk
dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan
yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
JJ. Hoeningman
membagi kebudyaan dlm 3 wujud :
Gagasan :
Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan,nilai,norma, peraturan yang
sifatnya abstrak.
Aktivitas
(tindakan) : Wujud kebudayaan sebagai
suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat., sering disebut sebagai
system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu.sifatnya konkret dapat diamati.
Artefak (
karya) : Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba
dan dilihat.
a. Etika dan Estetika Berbudaya
Etika
manusia dalam berbudaya
Etika
berasal dari bahasa Yuniani, ethos.
Ada 3 jenis
makna etika menurut Bertens :
- Etika dalam arti nilai-nilai atau
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalm mengatur tingkah laku.
- Etika dalam arti kumpulan asas
atau nilai moral ( kode etik)
- Etika dalam arti ilmu atau ajaran
tentang baik dan buruk ( filsafat moral)
Kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia beretika, akan
menghasilkan budaya yang beretika. Etika berbudaya mengandung tuntutan bahwa
budaya yang diciptakan harus mengandung niali-nilai etik yang bersifat
universal. Meskipun demikian suatu bidaya yang dihasilkan memenuhi nilai-nilai
etik atau tidak bergantung dari paham atau ideologi yang diyakini oleh
masyarakat.
Estetika
manusia dalam berbudaya
Estetika
dapat dikatakan sebagi teori tentang keindahan atau seni, Estetika berkaitan
dengan nilai indah-jelek.
Makna
keindahan :
a. secara
luas, keindahan mengandung ide kebaikan
b. secara
sempit, yaitu indah dalam lingkup persepsi penglihatan ( bentuk dan warna)
c. secara
estetik murni, menyangkut pengalaman estetik sesorang dalam hubungannya dengan
segala ssuatu yang diresapinya melalui indera.
Estetika
berifat subyektif,sehingga tidak bisa dipaksakan. Tetapi yang penting adalah
menghargai keindahan budaya yang dihasilkan oleh orang lain.
b. Problematika Kebudayaan
Kebudayaan
mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagi
pemilik kebudayaan, Dinamika Kebudayaan berupa :
1. Pewarisan
kebudayaan
Proses
pemindahan, penerusan, pemilikan dan pemakaian kebudyaan dari generasi ke
generasi secara berkesinambungan
Pewarisan
dapt melalui :
-
enkulturasi (Pembudayaan) : Proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan
sikap individu dengan system norma, adapt dan peraturan hidup dalam kebudyaan
- Sosialisasi
(Proses pemasyarakatan)
Individu
menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakat.
Masalah
dalam Pewarisan Kebudayaan :
a.
Sesuai/tidaknya budaya warisan dengan dinamika masyarakat saat sekarang.
b. Penolakan
generasi penerima terhadap warisan budaya
c. Munculnya
budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya warisan.
2. Perubahan
kebudayaan
Perubahan
yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuaian diantara unsure-unsur budaya
yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan dimana fungsinya tidak sesuai
dengan bagi kehidupan.
Contoh :
pembangunan , modernisasi
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan beberapa
alasan, yaitu:
1. Ada dorongan untuk berinteraksi
2. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain
4. Manusia tidak dapat hidup sebagai manusia
jika tidak ada di tengah-tengah manusia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah
yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa alasan manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial karena:
1. Ada dorongan untuk
berinteraksi
2. Manusia tunduk
pada aturan, norma sosial
3. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Manusia tidak
dapat hidup sebagai manusia jika tidak ada di tengah-tengah manusia.
Dengan
terselesaikannya makalah ini, semoga dapat dimanfaatkan dan dapat dijadikan
sumber pengetahuan baru oleh semua pihak. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan materi yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar
kami bisa menjadi lebih baik dalam meyusun makalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, Ridwan.
(2007). Panduan kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya, dan Teknologi
.Bandung: CV. Maulana media Grafika
Harsono Sunaria,
Nono. (2010). Bahan belajar mandiri sosiologi-antropologi Pendidika